Jumat, 17 Mei 2013

Senjata Nuklir Picu Perhatian PBB dan Binus

Foto: ReutersJAKARTA - Universitas Bina Nusantara bekerja sama dengan United Nations Information Centre (UNIC) Jakarta mengadakan seminar mengenai pelucutan dan perdagangan senjata. Seminar tersebut juga membahas traktat komprehenfis tentang pelarang uji coba nuklir.

Traktat komprehensif pelarangan uji coba nuklir (CTBT) melarang uji coba peledakan senjata nuklir dan segala bentuk ledakan nuklir di permukaan bumi, atmosfer, bawah permukaan air, dan dalam tanah.

Direktur Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata Kementerian Luar Negeri Febrian A. Ruddyard menjelaskan, bahwa CTBT sangat penting karena akan mempersulit negara-negara untuk mengembangkan bom nuklir untuk pertama kalinya. CTBT juga mengatur pengembangan nuklir atau untuk negara yang telah memiliki senjata nuklir.

"CTBT dianggap sebagai komponen penting dari pelucutan senjata dan rezim non-proliferasi karena mencegah negara dalam melakukan pengembangan senjata nuklir pada tahap akhir dan menghambat negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir untuk mengembangkan jenis senjata nuklir baru yang lebih mutakhir," ujarnya dalam seminar "Disarmament and Arms Trade" di Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Kamis (16/5/2013).

Dekan Fakultas Fisip Universitas Budi Luhur Denik Iswardani Witarti, Ph.D menjelaskan bahwa sebagian besar konflik saat ini dilakukan dengan menggunakan senjata api kecil dan senjata api ringan.

"Pengaturan senjata ringan dan berkaliber kecil (SALW) di Indonesia, biasanya lebih besar dan lebih berat dan didesain untuk digunakan oleh lebih dari satu orang sebagai sebuah tim," ucap Denik.

"Sesuai dengan surat keputusan Polri, senjata api merupakan senjata yang mampu melepaskan keluar satu atau sejumlah proyektil dengan bantuan bahan peledak," imbuhnya. Denik menambahkan, bahwa ketersediaan SALW global kurang lebih mencapai 640 juta SALW di dunia.

"Ketersediaan SALW di global, kurang lebih 640 juta SALW di dunia beredar di Asia Tenggara seperti negara asal Vietnam, Kamboja, Filipina, Thailand. Dari negara asal menuju ke negara transit seperti Malaysia, Thailand, kemudian dari negara transit menuju ke negara destinasi yaitu Indonesia," imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar